Pengendalian penjualan tembakau di Singapura memang mengagumkan. Negara kota ini mengadopsi beberapa metode unik dan inovatif untuk membatasi penjualan rokok. Misalnya, beberapa toko menjual rokok dalam jumlah yang tidak biasa, seperti 19 batang per paket, yang berbeda dari 20 batang yang umum di banyak negara. Praktik ini mungkin bertujuan untuk meningkatkan harga atau mengurangi konsumsi. Bagi pengunjung yang pertama kali datang, praktik ini mungkin menyebabkan kebingungan atau ketidaknyamanan. Ini mencerminkan sikap ketat Singapura terhadap kebijakan pengendalian tembakau, sekaligus menunjukkan pemikiran inovatif negara tersebut dalam pengelolaan kesehatan masyarakat. Metode penjualan yang unik ini tidak hanya mencolok, tetapi juga memicu pemikiran tentang efektivitas kebijakan pengendalian tembakau.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
13 Suka
Hadiah
13
5
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
ProxyCollector
· 22jam yang lalu
Hanya satu yang kurang, apa masalahnya!
Lihat AsliBalas0
SandwichDetector
· 10-02 13:52
Kurang satu rokok saja harus dikorek, kenapa begitu pelit?
Pengendalian penjualan tembakau di Singapura memang mengagumkan. Negara kota ini mengadopsi beberapa metode unik dan inovatif untuk membatasi penjualan rokok. Misalnya, beberapa toko menjual rokok dalam jumlah yang tidak biasa, seperti 19 batang per paket, yang berbeda dari 20 batang yang umum di banyak negara. Praktik ini mungkin bertujuan untuk meningkatkan harga atau mengurangi konsumsi. Bagi pengunjung yang pertama kali datang, praktik ini mungkin menyebabkan kebingungan atau ketidaknyamanan. Ini mencerminkan sikap ketat Singapura terhadap kebijakan pengendalian tembakau, sekaligus menunjukkan pemikiran inovatif negara tersebut dalam pengelolaan kesehatan masyarakat. Metode penjualan yang unik ini tidak hanya mencolok, tetapi juga memicu pemikiran tentang efektivitas kebijakan pengendalian tembakau.