Dalam gelombang antusiasme kecerdasan buatan saat ini, semakin banyak suara mulai mengingatkan kita untuk mengikuti risiko besar yang mungkin ada di balik pesta ini. Dengan beberapa perusahaan teknologi mencapai harga saham tertinggi baru, pasar kapital semakin terobsesi dengan konsep AI. Namun, beberapa tokoh penting di industri mulai memberikan peringatan yang rasional, menganggap bahwa gelembung AI mungkin sedang menuju kepada pembubaran yang tak terhindarkan.
Para ahli di bidang kecerdasan buatan (AI) memiliki sikap hati-hati terhadap kemampuan nyata dari teknologi AI saat ini. Thomas Wolf, salah satu pendiri Hugging Face, mengungkapkan pandangannya bahwa model AI yang saat ini menjadi arus utama masih belum cukup untuk menghasilkan terobosan ilmiah yang signifikan setara dengan Hadiah Nobel. Wolf menunjukkan bahwa produk seperti ChatGPT pada dasarnya adalah alat prediksi teks tingkat tinggi, yang lebih baik dalam memenuhi ekspektasi pengguna, daripada mengajukan pandangan baru yang benar-benar revolusioner.
Wolf juga khusus menanggapi prediksi optimis CEO perusahaan Anthropic, Dario Amodei. Amodei pernah mengklaim bahwa AI akan mencapai kemajuan yang setara dengan 50 hingga 100 tahun kemajuan manusia di bidang biologi dan kedokteran dalam 5 hingga 10 tahun ke depan. Namun, Wolf percaya bahwa prediksi ini terlalu optimis. Dia berpendapat bahwa model AI saat ini paling-paling hanya dapat berperan sebagai "asisten ilmiah" yang membantu manusia dalam eksplorasi, tetapi kemungkinan besar tidak dapat secara mandiri mencapai terobosan yang mengubah permainan. Dia memberi contoh bahwa bahkan pencapaian DeepMind's AlphaFold dalam prediksi struktur protein lebih merupakan alat bantu, bukan terobosan revolusioner yang menyeluruh.
Sementara itu, beberapa tokoh berat di dunia investasi mulai memperingatkan risiko gelembung AI. Mereka menunjukkan bahwa semangat pasar saat ini terhadap teknologi AI dapat menyebabkan gelembung investasi, yang pada akhirnya akan menghadapi risiko pecah.
Secara keseluruhan, meskipun teknologi kecerdasan buatan memang menunjukkan potensi dan prospek aplikasi yang besar, kita juga perlu tetap waspada dan rasional. Melebih-lebihkan kemampuan AI dapat menyebabkan harapan yang tidak realistis, yang justru merugikan perkembangan sehat teknologi. Yang benar-benar mendorong kemajuan ilmu pengetahuan seringkali adalah para ilmuwan yang berani menantang konvensi dan mengajukan asumsi "tidak mungkin". Oleh karena itu, kita harus menyadari potensi AI, sambil juga secara objektif mengevaluasi keterbatasannya, untuk menghindari terjebak dalam perangkap optimisme buta.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
9 Suka
Hadiah
9
8
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
SchrodingerWallet
· 48menit yang lalu
Benar-benar semua menunggu untuk Dianggap Bodoh ya.
Lihat AsliBalas0
NFTArtisanHQ
· 17jam yang lalu
siklus hype estetika bertemu dengan cermin eksistensialnya... gangguan paradigma klasik sejujurnya
Lihat AsliBalas0
CryptoWageSlave
· 17jam yang lalu
Lebih baik memegang BTC di tangan daripada berinvestasi di AI.
Dalam gelombang antusiasme kecerdasan buatan saat ini, semakin banyak suara mulai mengingatkan kita untuk mengikuti risiko besar yang mungkin ada di balik pesta ini. Dengan beberapa perusahaan teknologi mencapai harga saham tertinggi baru, pasar kapital semakin terobsesi dengan konsep AI. Namun, beberapa tokoh penting di industri mulai memberikan peringatan yang rasional, menganggap bahwa gelembung AI mungkin sedang menuju kepada pembubaran yang tak terhindarkan.
Para ahli di bidang kecerdasan buatan (AI) memiliki sikap hati-hati terhadap kemampuan nyata dari teknologi AI saat ini. Thomas Wolf, salah satu pendiri Hugging Face, mengungkapkan pandangannya bahwa model AI yang saat ini menjadi arus utama masih belum cukup untuk menghasilkan terobosan ilmiah yang signifikan setara dengan Hadiah Nobel. Wolf menunjukkan bahwa produk seperti ChatGPT pada dasarnya adalah alat prediksi teks tingkat tinggi, yang lebih baik dalam memenuhi ekspektasi pengguna, daripada mengajukan pandangan baru yang benar-benar revolusioner.
Wolf juga khusus menanggapi prediksi optimis CEO perusahaan Anthropic, Dario Amodei. Amodei pernah mengklaim bahwa AI akan mencapai kemajuan yang setara dengan 50 hingga 100 tahun kemajuan manusia di bidang biologi dan kedokteran dalam 5 hingga 10 tahun ke depan. Namun, Wolf percaya bahwa prediksi ini terlalu optimis. Dia berpendapat bahwa model AI saat ini paling-paling hanya dapat berperan sebagai "asisten ilmiah" yang membantu manusia dalam eksplorasi, tetapi kemungkinan besar tidak dapat secara mandiri mencapai terobosan yang mengubah permainan. Dia memberi contoh bahwa bahkan pencapaian DeepMind's AlphaFold dalam prediksi struktur protein lebih merupakan alat bantu, bukan terobosan revolusioner yang menyeluruh.
Sementara itu, beberapa tokoh berat di dunia investasi mulai memperingatkan risiko gelembung AI. Mereka menunjukkan bahwa semangat pasar saat ini terhadap teknologi AI dapat menyebabkan gelembung investasi, yang pada akhirnya akan menghadapi risiko pecah.
Secara keseluruhan, meskipun teknologi kecerdasan buatan memang menunjukkan potensi dan prospek aplikasi yang besar, kita juga perlu tetap waspada dan rasional. Melebih-lebihkan kemampuan AI dapat menyebabkan harapan yang tidak realistis, yang justru merugikan perkembangan sehat teknologi. Yang benar-benar mendorong kemajuan ilmu pengetahuan seringkali adalah para ilmuwan yang berani menantang konvensi dan mengajukan asumsi "tidak mungkin". Oleh karena itu, kita harus menyadari potensi AI, sambil juga secara objektif mengevaluasi keterbatasannya, untuk menghindari terjebak dalam perangkap optimisme buta.