Pada 2 Oktober, pasar keuangan AS menunjukkan gambaran yang membingungkan: meskipun pemerintah terjebak dalam krisis penutupan, Wall Street tetap bersuka cita. Ketiga indeks saham tidak hanya tidak terpengaruh, tetapi juga bersama-sama mencetak rekor penutupan tertinggi dalam sejarah. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,17%, Indeks Komposit Nasdaq meningkat 0,39%, dan Indeks S&P 500 sedikit naik 0,06%.
Fenomena aneh ini memicu banyak pertanyaan: mengapa gejolak politik tidak mengganggu kepercayaan pasar modal? Apakah investor terlalu optimis, atau apakah mereka melihat ketahanan ekonomi yang tidak terlihat oleh orang lain?
Pernyataan pejabat Fed, Goolsbee, menambah lapisan kompleksitas pada sentimen pasar. Dia menekankan bahwa tanpa data resmi mengenai tingkat pengangguran, bank sentral akan merumuskan kebijakan berdasarkan informasi yang ada, dan memperingatkan agar tidak terburu-buru dalam menurunkan suku bunga. Pernyataan hati-hati ini tampaknya tidak memadamkan semangat para investor.
Sementara itu, Trump dalam sebuah wawancara mengungkapkan kekhawatirannya tentang kemungkinan pemecatan dan pengurangan proyek akibat berlanjutnya penutupan pemerintah. Peringatan ini seharusnya memicu gejolak pasar, namun tidak mampu menghentikan momentum kenaikan pasar saham.
Analis pasar memperkirakan, investor umumnya percaya bahwa penghentian pemerintah kali ini akan bersifat sementara dan tidak akan menyebabkan kerusakan substansial pada ekonomi Amerika Serikat. Namun, apakah sentimen optimis ini memiliki dasar yang cukup, masih layak dipertimbangkan.
Ketegangan di politik Washington kontras tajam dengan ketenangan di Wall Street. Kontras ini membuat orang berpikir: Apakah ada faktor ekonomi tertentu yang belum sepenuhnya dipahami, yang mendukung kinerja luar biasa pasar?
Situasi saat ini ibarat sebuah teka-teki ekonomi yang kompleks: risiko politik dan kemakmuran pasar berjalan beriringan, fluktuasi jangka pendek dan tren jangka panjang saling berhubungan. Investor tampaknya sedang menafsirkan kontradiksi ini dengan cara mereka sendiri, tetapi apakah penilaian mereka akurat, hanya waktu yang bisa memberikan jawaban.
Dalam permainan politik dan ekonomi ini, kita mungkin harus lebih hati-hati dalam mengevaluasi berbagai faktor, daripada mengikuti emosi pasar secara buta. Lagipula, sejarah telah berkali-kali membuktikan bahwa optimisme yang berlebihan seringkali menjadi tanda-tanda penyesuaian pasar.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
11 Suka
Hadiah
11
6
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
fren.eth
· 10jam yang lalu
Gelombang Wall Street ini terlalu hebat.
Lihat AsliBalas0
LiquidatedAgain
· 10jam yang lalu
bull run semakin gila, garis likuidasi semakin dekat. Jangan tanya bagaimana saya tahu.
Lihat AsliBalas0
HorizonHunter
· 10jam yang lalu
Modal berbalik arah selalu masuk akal.
Lihat AsliBalas0
MysteriousZhang
· 10jam yang lalu
Eh, apakah orang-orang di Wall Street ini sedang menggunakan obat?
Lihat AsliBalas0
AirdropHunter007
· 10jam yang lalu
Pasar saat ini hanya merupakan kenaikan yang berkelanjutan.
Lihat AsliBalas0
LiquidationSurvivor
· 10jam yang lalu
Lembaga-lembaga sudah gila, benar-benar akan datang yang besar?
Pada 2 Oktober, pasar keuangan AS menunjukkan gambaran yang membingungkan: meskipun pemerintah terjebak dalam krisis penutupan, Wall Street tetap bersuka cita. Ketiga indeks saham tidak hanya tidak terpengaruh, tetapi juga bersama-sama mencetak rekor penutupan tertinggi dalam sejarah. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,17%, Indeks Komposit Nasdaq meningkat 0,39%, dan Indeks S&P 500 sedikit naik 0,06%.
Fenomena aneh ini memicu banyak pertanyaan: mengapa gejolak politik tidak mengganggu kepercayaan pasar modal? Apakah investor terlalu optimis, atau apakah mereka melihat ketahanan ekonomi yang tidak terlihat oleh orang lain?
Pernyataan pejabat Fed, Goolsbee, menambah lapisan kompleksitas pada sentimen pasar. Dia menekankan bahwa tanpa data resmi mengenai tingkat pengangguran, bank sentral akan merumuskan kebijakan berdasarkan informasi yang ada, dan memperingatkan agar tidak terburu-buru dalam menurunkan suku bunga. Pernyataan hati-hati ini tampaknya tidak memadamkan semangat para investor.
Sementara itu, Trump dalam sebuah wawancara mengungkapkan kekhawatirannya tentang kemungkinan pemecatan dan pengurangan proyek akibat berlanjutnya penutupan pemerintah. Peringatan ini seharusnya memicu gejolak pasar, namun tidak mampu menghentikan momentum kenaikan pasar saham.
Analis pasar memperkirakan, investor umumnya percaya bahwa penghentian pemerintah kali ini akan bersifat sementara dan tidak akan menyebabkan kerusakan substansial pada ekonomi Amerika Serikat. Namun, apakah sentimen optimis ini memiliki dasar yang cukup, masih layak dipertimbangkan.
Ketegangan di politik Washington kontras tajam dengan ketenangan di Wall Street. Kontras ini membuat orang berpikir: Apakah ada faktor ekonomi tertentu yang belum sepenuhnya dipahami, yang mendukung kinerja luar biasa pasar?
Situasi saat ini ibarat sebuah teka-teki ekonomi yang kompleks: risiko politik dan kemakmuran pasar berjalan beriringan, fluktuasi jangka pendek dan tren jangka panjang saling berhubungan. Investor tampaknya sedang menafsirkan kontradiksi ini dengan cara mereka sendiri, tetapi apakah penilaian mereka akurat, hanya waktu yang bisa memberikan jawaban.
Dalam permainan politik dan ekonomi ini, kita mungkin harus lebih hati-hati dalam mengevaluasi berbagai faktor, daripada mengikuti emosi pasar secara buta. Lagipula, sejarah telah berkali-kali membuktikan bahwa optimisme yang berlebihan seringkali menjadi tanda-tanda penyesuaian pasar.